By Dwi Agustina Wati ( IX H )
“Kukuruyuuuk…” suara kokok ayam terdengar nyaring ditelingaku, dan saat matahari telah menyapa dunia akupun mulai bangun dari tidurku.
“Huaaah…., wah.. sudah pagi to…!!” kataku sambil membersihkan kotoran dimataku, “jam berapa ini…?”, kepalaku mulai menengok pada detik – detik jam. “Ooo… baru jam 06.50 WIB..” “Lho…!! Apa…!!? Waduh…! Celaka..! haa….. gawat nih gawat..!” betapa terkagetnya aku melihat waktu yang kurang 10 menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi, “aku kesiangan…!!?.. ibuuu… aku kesiangaaan…!!”. Teriakku dari kamar.
“Ada apa sih…! Kok ribut – ribut…?”, tanya ibuku.
“Ibu.. aku kesiangan..!?”, jawabku memperjelas pembicaraan.
“Ya memangnya kenapa kalo kamu kesiangan..? apa urusannya sama ibu..? orang memang salah kamu sendiri kok..!, siapa suruh tadi malam kamu tidur jam 11..?” kata ibu menyalahkan.
“Ah.. sudah ah…!, ngomong sama ibu tuh ya nggak bakal ada ujungnya..!”, kataku kesal.
“oh iya.. kamu kok cepat banget siap – siapnya..?, kamu enggak mandi ya..?, sindir ibu.
“Enggak sempat bu’….!!, nanti aja kalau ada waktu.., ya sudah aku berangkat dulu ya bu…?, assalamu’alaikum..!!, pamitku kepada ibu dengan mencium tangannya.
Ku awali keberangkatanku dengan berlari sekencang – kencangnya, sekuat tenaga kukeluarkan agar cepat sampai di sekolah, aku terus berlari hingga langkah anginpun ikut menyertai langkahku, hingga akupun sampai di depan pintu kelas. Dengan rasa deg-degan akupun mulai mengetuk pintu.
“Tok…tok….tok….!!!, (ngoeeekkkk), aku mulai membuka pintu dengan hati – hati.
“Pa...pa…pagi Pak…!”, sapaku dengan penuh rasa ketakutan.
“Pagi..!!!”, jawab Pak Guru ketus, dengan melotot pak guru bertanya kepadaku : “Kenapa kamu terlambat…??”.
“Oh… sa..saya telat bangun pak…!??”, jawabku sambil menunduk kebawah, akupun berkata dalam hati “sialan guru ini.., baru telat 10 menit aja sudah di marahi kayak begini…, gimana kalo terlambat setengah jam…?, bisa mati ketakutan gue…”.
“Oouu.. telat bangun ya….??, bagus – bagus… lihat kesini semua anak – anak…!??, lihat teman kalian yang satu ini…, patut untuk kita jadikan contoh..”, kata pak guru menyindir. “ya sudah…! Duduk sana..! besok diulangi lagi ya….!???” Kata pak guru dengan nada masih menyindir.
“Terima kasih pak…!” jawabku lega.
Setelah aku duduk, Sasti mulai melontarkan pertanyaan – pertanyaan kepadaku, “kenapa kamu terlambat….???”,
“Kamu budeg ya…?, aku kan sudah bilang kalo aku telat bangun….!”, jawabku ketus.
“Ya sudah.. enggak usah sewot kayak gitu dong…?, aku kan cuman nanya…?”, keluh Sasti.
“Eh… sorry sas…, bukan maksud gue ngomong kayak gitu, habis guru ini tuh nyebelin banget, pagi – pagi sudah nyari masalah sama gue..”, kataku dengan melotot ke guruku.
“iya… gue ma’afin kok..!, kita tatap sahabat..”, kata sasti.
“Hei…hei….hei…..!!!, kalian berdua tuh mau ngegosip atau belajar sih…!!!”, tegur pak guru kepadaku dan Sasti.
Tak lama setelah itu bel tanda istirahatpun terdengar ditelingaku. “Teet…teet….teeeeet…..!!”.
“yuk Cha kita kekantin..!”, ajak Sasti.
“yuk….., laper nih…..!”, kataku setuju.
Saat aku mulai melangkah menuju kantin, terlihat Wisnu di depan pintu kelas, dan diapun berjalan menuju arahku.
“ada apa ya….?”, tanyaku pada Wisnu.
“Emm…. Gini cha…., nanti bubar sekolah jangan pulang dulu ya…!?, ada yang gue mau omongin..”, kata Wisnu dengan memegang pundakku.
“kenapa enggak ngomong sekarang saja sih…!, bikin penasaran aja…?” pintaku.
“ya sudah yuk cha…!!!”, ajak Sasti sambil menarik tanganku dengan penuh kekuatan. Gelagat Sasti seperti tidak suka melihat aku berbicara dengan Wisnu.
“Iiiih…!!, lepasin sas…!!, sakit tau…!!, bisa enggak sih loe enggak narik tangan gue kenceng – kenceng…!??” teriakku.
“ENGGAK BISAA…!!! Memangnya kenapa..!?, loe mau marah sama gue…!??, kenapa…!??, loe takut…!!???”, teriak Sasti.
“loe kenapa sih sas…?, loe marah karena gue ngomong sama wisnu., iya..!??, Sas..lihat gue…!, kita sudah sahabatan berapa tahun sas…??!, kenapa loe marah hanya karena soal kecil kayak gini…?!” tanyaku tak habis pikir.
Tiba – tiba Sasti memelukku dan berkata : “ma’afin gue cha…, bukan maksud gue…???”
“Ssssstt… sudah gue ma’afin kok, sahabat…??!!”. Hiburku memotong kata-kata sasti yang belum selesai.
“Sahabat..”, kata sasti dengan memelukku kembali.
Setelah Pelajaran terakhir usai, bunyi bel pulang pun telah terdengar nyaring, “Teet….teeeet……teeeeett….!!!”. “Yeea……”, sorak teman – temanku.
Akhirnya kami pun pulang, tak sabar aku menunggu untuk mendengar pernyataan dari Wisnu.
“Sekarang loe mau ngomong apa..?!!, tanyaku mendesak setelah bertemu dengannya.
“Loe kan sahabat baiknya Sasti, pasti loe mau yang terbaik untuk dia kan…???”, Wisnu mengawali pembicaraan.
“Sudah deh, enggak usah bertele-tele, cepetan… waktu aku enggak banyak…!!”, bentakku agar Wisnu segera menjelaskan maksudnya.
“Sebenarnya…..?? aku suka sama…….??? Sasti…!!”. Kata wisnu dengan hati-hati.
“HAA…????”, betapa kagetnya aku mendengar pernyataan Wisnu, mukaku yang mendadak merah segera kututupi dengan tangan.
“kamu mau kan nyomblangin aku sama dia…?”, kata Wisnu lagi meminta.
“Emm… sorry nu…., sorry banget…!!, bukannya gue enggak mau, tapi…..”
“tapi kenapa…???!, apa kamu suka sama aku…???” selidik Wisnu.
“WHAT..!!!, gue suka sama loe..???, apa enggak salah…?!”, kataku dengan membelakangi Wisnu.
“Ha…ha….ha……, ah loe….!, gitu aja dianggap serius, gue Cuma bercanda kalie…!, gue tau kok kalo lue engak mungkin suka sama gue, iya kan..?, kita kan sahabatan…”, kata Wisnu.
“Loe maukan nyomblangin gue sama Sasti….??”. imbuhnya.
“Iiih…., loe tuh budek, begok apa bloon sih…!!, gue kan udah bilang enggak…!!, sekali enggak tetap enggak..!!!”, jawabku sewot. “Udah ah… gue mau pulang dulu, ngapain gue disini hanya untuk dengerin masalah yang enggak penting”. Imbuhku sambil ngeloyor pergi.
Akupun berlari kencang menuju rumah, air mata tak bisa tertahan membasahi pipi, angin berhembus lembut seperti tidak mau melihatku menangis, sepanjan jalan kurenungi pernyataan wisnu, pernyataan yang tak bisa kuterima dalam hati.
Keesokan harinya saat matahari kembali menyapa dunia, dan bersinar cerah seperti tak mempunyai beban. Entah mengapa pada hari itu kakiku berat sekali untuk melangkah, hatiku tak secerah matahari, dan aku tak ingin menyapa dunia. Aku berjalan kesekolah dengan melamun, berbicara dalam hati, menjerit dalam hati, dan menangis dalam hati, akupun tiba didepan pintu kelas, berat kulangkahkan kaki menuju kedalam kelas. Saat aku membuka pintu kelas, terlihat teman-temanku sedang bersiap-siap, entah bersiap-siap untuk apa dan untuk siapa, aku tak tahu dan tak ingin mau tau, atau ini hanya perasaannku saja. Dan sesaat setelah itu, otakku seperti tak mau diajak untuk berpikir, dipikiranku hanya ada nama Sasti dan Wisnu. Selama pelajaran dimulai hingga waktu istirahat pikiranku kosong, tak ada materi pelajaran yang nempel di otakku. “teeett…teeeet……teeeeeettt…”, suara bel tanda istirahat berbunyi, tiba-tiba Sasti menepukku, “Yuk Cha… kita kekantin…..??”., ajak sasti,
“kantin…??? ngapain kekantin…???”, jawabku kaget.
“Nyanyi..!! ya jajan lah..!!”, jawab sasti bersungut.
Bel tanda masuk berbunyi, aku dan sasti keluar dari kantin dan segera menuju ke kelas, nampak wisnu berjalan buru – buru menuju kearahku dan berkata:
“Siap…??!!, Cha…siap Cha…??!”
“eh ya.. siap, kamu juga siap Sas…?!” jawabku sambil melempar jawaban ke Sasti.
“Siap..????, siap apaan…???, kalian ini ngomong apaan sih..?! enggak ngerti dech gue, cape’ deeh..!” kata Sasti kebingungan.
“Ah…! sudah ah..!, cape’ juga deech..!”, timpalku sambil menarik tangan sasti masuk kedalam kelas.
Jam satu siang sekolah bubar, aku dan sasti berjalan pulang bersama, tiba-tiba terdengar teriakan wisnu memanggil – manggil nama sasti, sasti dan akupun berhenti menunggu wisnu mendekati kami.
“Sas… boleh aku bicara sebentar…”
“sas…., sebenarnya gue….gue….. gue suka sama loe….”, kata wisnu sedikit tertahan, dengan menunduk kebawah dan memegang tangan sasti. Hatiku sakit, aku ingin menangis melihat semua ini, aku berjalan meninggalkan mereka.
“Lho Cha…!, mau kemana…?, Oecha…….!!”, teriak sasti dari belakang memanggilku. Sasti dan wisnu mengejarku. Akupun berhenti berjalan dan berbalik menatap mereka. Tangan sasti masih digenggam erat oleh wisnu.
“Ngapain kalian mengejarku….?, bukannya kalian sudah bahagia..?, kalian jangan GR ya…?, aku pergi ninggalin kalian tuh bukan karena cemburu…?!, tapi gue lapar aja…!, kan tadi aku belum makan…?!”, kataku berbohong.
“Cha.. jangan bo’ong…!, aku tau apa isi hatimu…?”, kata sasti. Sasti kemudian menatap wisnu, “Jadi…. Sorry ya nu…, gue enggak bisa nerima pernyataan loe..?!, kita sahabatan aja…, aku enggak mau hanya karena cinta aku kehilangan sahabat baikku….”, kata Sasti dengan hati – hati.
Terlihat rasa kecewa di raut muka wisnu, namun dengan besar hati wisnu akhirnya memahami perasaan kami.
“Ya…., kita bertiga akan menjadi sahabat karib, karena kurasa persahabatan yang sejati itu lebih baik dari pada percintaan yang hanya menuruti nafsu belaka”, kata wisnu penuh diplomasi.
“Oke.. kita bersahabat sejati, OK…??!”, kata wisnu bersemangat.
“OK…!!”, jawabku dan sasti serempak. Akhirnya kita berjabatan tangan dan berpelukan, kita berjalan pulang bersama penuh dengan canda riang nan gembira.
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, Ujian Akhir Nasional juga telah kami lalui dengan baik, inilah saat – saat paling menyedihkan. Kita bertiga harus berpisah demi meneruskan cita – cita masing –masing. Namun persahabatan ini tak akan terlupakan. Aku menyadari setelah mendengar pernyataan Sasti pada waktu lalu, bahwa Sahabat memang lebih penting dari pada cinta yang terkadang menyakitkan. THE BEST FRIEND FOREVER.
The end.
0 komentar:
Posting Komentar