Tentang MTs. MH

Selasa, 30 November 2010

Classmeetting MTs MH Mlonggo

Ibu Hanak Sebagai calon Dewan Juri
 Semarak dan gegap gempita classmeetting di MTs. Mathalibul Huda Mlonggo mulai terasa, ajang lomba yang akan segera di gelar di madrasah tersebut mulai diperbincangkan, setiap kelas mulai mendaftar untuk mengikuti semua cabang lomba yang akan di adakan, semua dewan guru bersiap-siap mengatur berbagai perlengkapan untuk keperluan kesuksesan classmeetting tersebut.
Pak Turchani sang Waka Kesiswaan yang bertanggung jawab atas suksesnya lomba




Senin, 29 November 2010

Pak Khafid Guru MTs. Mathalibul Huda Teladan


Beliau adalah seorang guru yang patut untuk di teladani. Kerajinannya, keuletannya, keterampilannya, dan kekonsekuwensinya membuat semua siswa hormat dan kagum kepadanya.
Beliau lahir di Jepara pada tanggal 20 mei 1973. untuk keberhasilan para siswanya, beliau selalu giat memotifasi anak - anak didik nya untuk selalu giat belajar..

FRIEND OR LOVE



By Dwi Agustina Wati ( IX H )

Kukuruyuuuk…” suara kokok ayam terdengar nyaring ditelingaku, dan saat matahari telah menyapa dunia akupun mulai bangun dari tidurku.
“Huaaah…., wah.. sudah pagi to…!!” kataku sambil membersihkan kotoran dimataku, “jam berapa ini…?”, kepalaku mulai menengok pada detik – detik jam. “Ooo… baru jam 06.50 WIB..” “Lho…!! Apa…!!? Waduh…! Celaka..! haa….. gawat nih gawat..!” betapa terkagetnya aku melihat waktu yang kurang 10 menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi, “aku kesiangan…!!?.. ibuuu… aku kesiangaaan…!!”. Teriakku dari kamar.
“Ada apa sih…! Kok ribut – ribut…?”, tanya ibuku.
“Ibu.. aku kesiangan..!?”, jawabku memperjelas pembicaraan.
“Ya memangnya kenapa kalo kamu kesiangan..? apa urusannya sama ibu..? orang memang salah kamu sendiri kok..!, siapa suruh tadi malam kamu tidur jam 11..?” kata ibu menyalahkan.
“Ah.. sudah ah…!, ngomong sama ibu tuh ya nggak bakal ada ujungnya..!”, kataku kesal.
“oh iya.. kamu kok cepat banget siap – siapnya..?, kamu enggak mandi ya..?, sindir ibu.
“Enggak sempat bu’….!!, nanti aja kalau ada waktu.., ya sudah aku berangkat dulu ya bu…?, assalamu’alaikum..!!, pamitku kepada ibu dengan mencium tangannya.
Ku awali keberangkatanku dengan berlari sekencang – kencangnya, sekuat tenaga kukeluarkan agar cepat sampai di sekolah, aku terus berlari hingga langkah anginpun ikut menyertai langkahku, hingga akupun sampai di depan pintu kelas. Dengan rasa deg-degan akupun mulai mengetuk pintu.
“Tok…tok….tok….!!!, (ngoeeekkkk), aku mulai membuka pintu dengan hati – hati.
“Pa...pa…pagi Pak…!”, sapaku dengan penuh rasa ketakutan.
“Pagi..!!!”, jawab Pak Guru ketus, dengan melotot pak guru bertanya kepadaku : “Kenapa kamu terlambat…??”.
“Oh… sa..saya telat bangun pak…!??”, jawabku sambil menunduk kebawah, akupun berkata dalam hati “sialan guru ini.., baru telat 10 menit aja sudah di marahi kayak begini…, gimana kalo terlambat setengah jam…?, bisa mati ketakutan gue…”.
“Oouu.. telat bangun ya….??, bagus – bagus… lihat kesini semua anak – anak…!??, lihat teman kalian yang satu ini…, patut untuk kita jadikan contoh..”, kata pak guru menyindir. “ya sudah…! Duduk sana..! besok diulangi lagi ya….!???” Kata pak guru dengan nada masih menyindir.
“Terima kasih pak…!” jawabku lega.
Setelah aku duduk, Sasti mulai melontarkan pertanyaan – pertanyaan kepadaku, “kenapa kamu terlambat….???”,
“Kamu budeg ya…?, aku kan sudah bilang kalo aku telat bangun….!”, jawabku ketus.
“Ya sudah.. enggak usah sewot kayak gitu dong…?, aku kan cuman nanya…?”, keluh Sasti.
“Eh… sorry sas…, bukan maksud gue ngomong kayak gitu, habis guru ini tuh nyebelin banget, pagi – pagi sudah nyari masalah sama gue..”, kataku dengan melotot ke guruku.
“iya… gue ma’afin kok..!, kita tatap sahabat..”, kata sasti.
“Hei…hei….hei…..!!!, kalian berdua tuh mau ngegosip atau belajar sih…!!!”, tegur pak guru kepadaku dan Sasti.
Tak lama setelah itu bel tanda istirahatpun terdengar ditelingaku. “Teet…teet….teeeeet…..!!”.
“yuk Cha kita kekantin..!”, ajak Sasti.
“yuk….., laper nih…..!”, kataku setuju.
Saat aku mulai melangkah menuju kantin, terlihat Wisnu di depan pintu kelas, dan diapun berjalan menuju arahku.
“ada apa ya….?”, tanyaku pada Wisnu.
“Emm…. Gini cha…., nanti bubar sekolah jangan pulang dulu ya…!?, ada yang gue mau omongin..”, kata Wisnu dengan memegang pundakku.
“kenapa enggak ngomong sekarang saja sih…!, bikin penasaran aja…?” pintaku.
“ya sudah yuk cha…!!!”, ajak Sasti sambil menarik tanganku dengan penuh kekuatan. Gelagat Sasti seperti tidak suka melihat aku berbicara dengan Wisnu.
“Iiiih…!!, lepasin sas…!!, sakit tau…!!, bisa enggak sih loe enggak narik tangan gue kenceng – kenceng…!??” teriakku.
“ENGGAK BISAA…!!! Memangnya kenapa..!?, loe mau marah sama gue…!??, kenapa…!??, loe takut…!!???”, teriak Sasti.
“loe kenapa sih sas…?, loe marah karena gue ngomong sama wisnu., iya..!??, Sas..lihat gue…!, kita sudah sahabatan berapa tahun sas…??!, kenapa loe marah hanya karena soal kecil kayak gini…?!” tanyaku tak habis pikir.
Tiba – tiba Sasti memelukku dan berkata : “ma’afin gue cha…, bukan maksud gue…???”
“Ssssstt… sudah gue ma’afin kok, sahabat…??!!”. Hiburku memotong kata-kata sasti yang belum selesai.
“Sahabat..”, kata sasti dengan memelukku kembali.
Setelah Pelajaran terakhir usai, bunyi bel pulang pun telah terdengar nyaring, “Teet….teeeet……teeeeett….!!!”. “Yeea……”, sorak teman – temanku.
Akhirnya kami pun pulang, tak sabar aku menunggu untuk mendengar pernyataan dari Wisnu.
“Sekarang loe mau ngomong apa..?!!, tanyaku mendesak setelah bertemu dengannya.
“Loe kan sahabat baiknya Sasti, pasti loe mau yang terbaik untuk dia kan…???”, Wisnu mengawali pembicaraan.
“Sudah deh, enggak usah bertele-tele, cepetan… waktu aku enggak banyak…!!”, bentakku agar Wisnu segera menjelaskan maksudnya.
“Sebenarnya…..?? aku suka sama…….??? Sasti…!!”. Kata wisnu dengan hati-hati.
“HAA…????”, betapa kagetnya aku mendengar pernyataan Wisnu, mukaku yang mendadak merah segera kututupi dengan tangan.
“kamu mau kan nyomblangin aku sama dia…?”, kata Wisnu lagi meminta.
“Emm… sorry nu…., sorry banget…!!, bukannya gue enggak mau, tapi…..”
“tapi kenapa…???!, apa kamu suka sama aku…???” selidik Wisnu.
“WHAT..!!!, gue suka sama loe..???, apa enggak salah…?!”, kataku dengan membelakangi Wisnu.
“Ha…ha….ha……, ah loe….!, gitu aja dianggap serius, gue Cuma bercanda kalie…!, gue tau kok kalo lue engak mungkin suka sama gue, iya kan..?, kita kan sahabatan…”, kata Wisnu.
“Loe maukan nyomblangin gue sama Sasti….??”. imbuhnya.
“Iiih…., loe tuh budek, begok apa bloon sih…!!, gue kan udah bilang enggak…!!, sekali enggak tetap enggak..!!!”, jawabku sewot. “Udah ah… gue mau pulang dulu, ngapain gue disini hanya untuk dengerin masalah yang enggak penting”. Imbuhku sambil ngeloyor pergi.
Akupun berlari kencang menuju rumah, air mata tak bisa tertahan membasahi pipi, angin berhembus lembut seperti tidak mau melihatku menangis, sepanjan jalan kurenungi pernyataan wisnu, pernyataan yang tak bisa kuterima dalam hati.
Keesokan harinya saat matahari kembali menyapa dunia, dan bersinar cerah seperti tak mempunyai beban. Entah mengapa pada hari itu kakiku berat sekali untuk melangkah, hatiku tak secerah matahari, dan aku tak ingin menyapa dunia. Aku berjalan kesekolah dengan melamun, berbicara dalam hati, menjerit dalam hati, dan menangis dalam hati, akupun tiba didepan pintu kelas, berat  kulangkahkan kaki menuju kedalam kelas. Saat aku membuka pintu kelas, terlihat teman-temanku sedang bersiap-siap, entah bersiap-siap untuk apa dan untuk siapa, aku tak tahu dan tak ingin mau tau, atau ini hanya perasaannku saja. Dan sesaat setelah itu, otakku seperti tak mau diajak untuk berpikir, dipikiranku hanya ada nama Sasti dan Wisnu. Selama pelajaran dimulai hingga waktu istirahat pikiranku kosong, tak ada materi pelajaran yang nempel di otakku. “teeett…teeeet……teeeeeettt…”, suara bel tanda istirahat berbunyi, tiba-tiba Sasti menepukku, “Yuk Cha… kita kekantin…..??”., ajak sasti,
“kantin…??? ngapain kekantin…???”, jawabku kaget.
“Nyanyi..!! ya jajan lah..!!”, jawab sasti bersungut.
Bel tanda masuk berbunyi, aku dan sasti keluar dari kantin dan segera menuju ke kelas, nampak wisnu berjalan buru – buru menuju kearahku dan berkata:
“Siap…??!!, Cha…siap Cha…??!”
“eh ya.. siap, kamu juga siap Sas…?!” jawabku sambil melempar jawaban ke Sasti.
“Siap..????, siap apaan…???, kalian ini ngomong apaan sih..?! enggak ngerti dech gue, cape’ deeh..!” kata Sasti kebingungan.
“Ah…! sudah ah..!, cape’ juga deech..!”, timpalku sambil menarik tangan sasti masuk kedalam kelas.
Jam satu siang sekolah bubar, aku dan sasti berjalan pulang bersama, tiba-tiba terdengar teriakan wisnu memanggil – manggil nama sasti, sasti dan akupun berhenti menunggu wisnu mendekati kami.
“Sas… boleh aku bicara sebentar…”
“sas…., sebenarnya gue….gue….. gue suka sama loe….”, kata wisnu sedikit tertahan, dengan menunduk kebawah dan memegang tangan sasti. Hatiku sakit, aku ingin menangis melihat semua ini, aku berjalan meninggalkan mereka.
“Lho Cha…!, mau kemana…?, Oecha…….!!”, teriak sasti dari belakang memanggilku. Sasti dan wisnu mengejarku. Akupun berhenti berjalan dan berbalik menatap mereka. Tangan sasti masih digenggam erat oleh wisnu.
“Ngapain kalian mengejarku….?, bukannya kalian sudah bahagia..?, kalian jangan GR ya…?, aku pergi ninggalin kalian tuh bukan karena cemburu…?!, tapi gue lapar aja…!, kan tadi aku belum makan…?!”, kataku berbohong.
“Cha.. jangan bo’ong…!, aku tau apa isi hatimu…?”, kata sasti. Sasti kemudian menatap wisnu, “Jadi…. Sorry ya nu…, gue enggak bisa nerima pernyataan loe..?!, kita sahabatan aja…, aku enggak mau hanya karena cinta aku kehilangan sahabat baikku….”, kata Sasti dengan hati – hati.
Terlihat rasa kecewa di raut muka wisnu, namun dengan besar hati wisnu akhirnya memahami perasaan kami.
“Ya…., kita bertiga akan menjadi sahabat karib, karena kurasa persahabatan yang sejati itu lebih baik dari pada percintaan yang hanya menuruti nafsu belaka”, kata wisnu penuh diplomasi.
“Oke.. kita bersahabat sejati, OK…??!”, kata wisnu bersemangat.
“OK…!!”, jawabku dan sasti serempak. Akhirnya kita berjabatan tangan dan berpelukan, kita berjalan pulang bersama penuh dengan canda riang nan gembira.
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, Ujian Akhir Nasional juga telah kami lalui dengan baik, inilah saat – saat paling menyedihkan. Kita bertiga harus berpisah demi meneruskan cita – cita masing –masing. Namun persahabatan ini tak akan terlupakan. Aku menyadari setelah mendengar pernyataan Sasti pada waktu lalu, bahwa Sahabat memang lebih penting dari pada cinta yang terkadang menyakitkan. THE BEST FRIEND FOREVER.

The end.

Jumat, 26 November 2010

MTs. Mathalibul Huda Mlonggo

ini adalah Madrasah terbesar di Mlonggo saat ini yang sejarah mulai berdirinya hingga kini sangat panjang.

Selasa, 23 November 2010

Cerpen Anak-anak


SAYANG KELUARGA
By ANH

Jam istirahat ke dua kami bertiga mengobrol tentang rencana liburan akhir semester. Seperti biasa Sekolah selalu mengadakan rombongan wisata untuk mengisi waktu liburan tersebut. Dan kebetulan tahun ini mengadakan rombongan tour ke Yogjakarta. Aku, Vita dan Putri adalah teman dekat yang selalu bersama dalam segala aktivitas sekolah.
“Jadi kamu enggak jadi ikut liburan ke Jogja ya Nis….?” tanya Vita padaku.
“Yeach… sorry banget…. Kalian tau sendiri kan..?, orang tuaku kebetulan masih ada diluar kota, adikku dirumah tuch sendirian. Gimana kalo aku pergi ke Jogja…?, yang bersih – bersih rumah siapa..??, ini benar – benar membuatku bingung, belum lagi aku harus mengurus Nenek aku yang lagi sakit. Haahh..!! sibuk banget dech..!!” Jawabku panjang lebar.
“tapi Nis, liburan Semester Satu kemarin rencana kita sudah batal, gara – gara kakakmu melahirkan…, masak sich mau batal lagi..??”. rengek Putri.
“Iya Nis…, rencana ini kan sudah jadi impian kita sejak kelas tujuh..!?, lagi pula kesempatan geratis buat ke Jogja kayak gini tidak datang kedua kalinya..??. ini kesempatan emas lho Nis…?” jelas Vita.
“Eh..! apalagi Pak Kamal ikut lho Nis…! sebagai pemandu rombongan gituh lho..!! Hi..hi…” timpal Putri menggoda.
“Aduuh… gimana ya Vit.., Put..?? sebenarnya aku pengeeen banget bisa ikut kalian ke Jogja..!? tapi…???.” Keluhku.
“Nah lo..!!!, kamu ngebet juga kan..??, makanya.. ikut aja yeach…!??? Please…!??.” Kata putri memotong pembicaraanku.
Aku hanya tersenyum menanggapinya, meskipun sebenarnya aku sebel juga dengan teriakan Putri yang terus mendesakku hingga membuatku kesal. Lalu dengan sabar aku mencoba menambahkan penjelasanku. “Putri sayaang… plese juga doong…?? Ngertiin posisi aku saat ini, aku benar – benar sibuk… aku jelas tidak mungkin meninggalkan adik dan nenekku cuma buat senang – senang dan hura – hura, itu namanya lari dari tanggung jawab. Aku enggak mau adikku susah mengurus rumah dan nenek aku, jika itu benar aku jadi pergi sama kalian..!?”
Saat ku pandang wajah Putri dan Vita terlihat kekecewaan dimatanya yang sipit. Wajahnya yang imut tampak cemberut dengan hiasan bibir manyun. Lalu kudengar Vita berkata: “Trus gimana dong sekarang..!?, apa di batalkan aja..???.
“Jangaan…!!!”, cegahku cepat.
“Yeach.. terus gimana..?, kasih solusi dong..??”,  rengek Vita sambil menatap Putri yang masih cemberut. Melihat temannya cemberut ia-pun berkata: “PUT…Hai…!! Ngapain manyun kayak gitu.., jelek dech..!!”. teriaknya sambil tersenyum.
“Tauk tuch.. tanya aja sama Y-B-S..!”, timpal Putri kesal.
“YBS…???, apaan tuh…??”, tanya Vita.
“Yang Bersangkutan..!!”. tegasnya.
“Ye-Be-Es. Yang Bersangkutan kan Cuma Ye-Be..?, lalu Es-nya mana dong put..?”, tanya Vita lagi.
“Tuh.. Es-nya di kantin..!” jawab Putri lebih sewot lagi.
Kami pun tertawa bersama menanggapi Putri yang lucu. Lalu aku ikut menimpali: “Emm.. Vit.. maksud Putri, Es-nya itu mungkin.. SO….”.
“WHAT GITU LHO…!?. Teriak kami bertiga kemudian tertawa cekikikan.
Setelah tawa kami reda, aku segera angkat bicara memberikan solusi.
“Oke deh my friend.. aku punya ide, menurutku ide ini adalah penemuan terbaikku  sejak 10 menit lalu. Dengerin ya.., begini lho…” kataku mengulur waktu.
“Ih..! gimana sih Nis..?? dengerin dengerin..!, apanya yang mau didengerin..?” sahut Putri dengan sewot.
“Ha..ha.. habis kalian serius banget sih..!” candaku.
“Ya iyalah..!!” jawab Putri dan Vita bareng.
“Sorry.. bercanda.., jadi.. maksudku kalian berdua tetap pergi tanpa aku. Itu artinya rencana kita engak batal to… Kalian pergi…, aku disini.., jadi antara dua acara yang bersamaan dan keduanya masih bisa berlangsung. Adil kan…??. Jelasku berdiplomasi.
“Yach.. itu sih sama aja. Kita enggak bisa pergi tanpa kamu, tetap berat rasanya.” Kata Vita.
“Enggak ada cara lain Vita…, yang penting kalian tetap pergi dan bawain aku oleh – oleh yang banyak, urusan beres deh…!” tegasku.
“Kurasa Anis benar Vit. Dari pada batal sama sekali kan rugi.. kalo kayak gini ruginya cuman dikit..” kata Putri mensetujui pendapatku.
“Meski sedikit tetap rugi Non..!, tapi.. enggak apa apa deh, aku setuju, memang benar, Anis harus mendahulukan kepentingan keluarga..” timpal Vita juga setuju.
“Naaah…! Gitu dong..!!, jangan lupa oleh oleh makanan khas Jogja ya.., aku tunggu disini lho…??” kataku puas.
“Iya deh.. entar tak bilang ke Pak Kamal kalo kamu minta oleh – oleh, he..he..” timpal putri.
“Hiih..! kalian itu lho…!??” Aku tersipu malu. Lalu kamipun tertawa bersama sambil berpelukan.
Bel masukpun berdenting, pelajaran terakhir hari ini adalah Pendidikan Kewarganegaraan, aku mengikuti pelajaran tersebut hingga bubar sekolah dan terus pulang.
Setibanya di rumah langsung kubuka pintu rumah sembari mengucapkan salam, rasa capek sudah membuatku ingin cepat istirahat.
“Assalamu’alaikum…” ucapku sambil ngeloyor masuk karena kecapekan.
“Wa’alaikumsalam…” jawab suara yang amat sangat aku kenal.
Seketika itu perasaanku berubah, rasa capekku menjadi hilang, langsung aku berlari menuju suara tadi.
“Ayaah..! Ibuu’…! Kapan datang…!??.” Teriakku kegirangan, langsung kucium tangan ayah dan ibu kemudian memeluknya.
“Tadi pagi… apa kabar anakku..?, bagaimana keadaanmu dan keluarga selama ayah dan ibu tingal keluar kota..?” tanya ayah.
“Alhamdulillah, semuanya baik – baik saja ayah...!” Jawabku menjelaskan.
“Itu.. coba kamu buka bungkusan dalam tas yang paling besar..” kata ibu.
Tanpa basa basi akupun membongkar isi tas tersebut di bantuin ibu, dan aku menemukan sebuah bungkusan yang berisi handycam yang sangat bagus, akupun sangat bahagia sekali.
“Itu hadiah bagi anak ayah yang sudah pintar mengurus keluarga selama ayah tinggal keluar kota..” kata ayah kepadaku.
“Terima kasih ayah…” ucapku kepadanya sambil memeluknya.
“ayah dengar, liburan kamu mau ikut rombongan sekolah tour ke Jogja ya…?”, tanya ayah.
“Iya ayah..” jawabku.
“Ya sudah.. kamu boleh berangkat dan akan kukasih uang saku yang banyak , biar bisa beli oleh oleh yang banyak pula..” papar ayah.
“Aduuh.. terimakasih lagi ayah…!” jawabku penuh bahagia.
Tanpa menunggu waktu lama, langsung ku kabari teman – temanku bila aku jadi ikut liburan ke Jogja. Betapa senang hatinya Vita dan Putri karena kami bisa berlibur bersama.
Menurutku ini adalah anugerah dari Tuhan karena aku sudah memberi perhatian penuh kepada keluarga, dan akhirnya aku bisa berlibur bersama teman – teman.


Selesai

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls